Minggu, Mei 6

Cerpen

SATU PENDIRIAN SATU SEMANGAT
By : Tantra Arsa Putra

Tak banyak orang yg mengenalnya, seorang remaja yang pendiam lulusan SMA. Dia bernama, Sarwana. Dia sangat tertutup, tak banyak juga yang tau bagaimana kehidupannya yang sebenarnya. Semua orang berfikir bahwa dia tidak pernah ada masalah, karena tiap hari dia terlihat bahagia dan tidak pernah memperlihatkan raut wajah yang sedih maupun cemberut saat dia ngobrol dengan semua orang. Padahal, hampir setiap hari dia dapat masalah tetapi dia tetap menghadapinya dengan sabar dan tabah.

Keharmonisan keluarganya yang semakin lama semakin renggang membuat masalah Sarwana bertambah. Semua kejadian itu terjadi karena Ayah Sarwana makin lama makin aneh, yang biasanya pulang kerja lebih awal, kini malah pulang malam-malam. Dari perubahan itulah Ibu Sarwana mulai curiga akan Ayahnya. Ibu Sarwana berfikiran bahwa suaminya itu diam-diam selingkuh dengan orang lain. Padahal Sarwana sudah berkali-kali menyakinkan ibunya. Dia berkata,

“Ayah mungkin sekarang ini banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, jadi harus kerja lembur…”. Tapi apa daya ibu Sarwana tetap tidak percaya.

Suatu ketika dia duduk di teras rumahnya dan menikmati segelas teh hangat, sejenak berfikir, dan dalam hati dia bertanya-tanya,

’’Apa yang sebenarnya membuat hidupku penuh dengan masalah, tetapi aku tetap sabar dan tabah dalam menjalani kehidupan ini…?’’,sambil tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Senyuman yang tak pernah hilang saat mengingat semua itu. Dalam hati tidak ada keluhan sedikitpun, karena semua terasa ringan jika dihadapi dengan senyuman.


Sudah lama Sarwana tidak merasakan kebahagian. Sekalipun ada kebahagian di sekitarnya, tetapi Sarwana tidak merasakan kebahagian tersebut, hingga dia merasa sudah tidak bisa peka terhadap segala keadaan kecuali keadaan dirinya sendiri. 

Tetapi pada suatu malam, Sarwana mengajak sahabat-sahabatnya untuk pergi main ke suatu tempat tongkrongan, dia bermaksud untuk menenangkan hati dan pikirannya. Masalah demi masalah mulai dia lupakan ketika di tempat tongkrongan itu, karena baru di situlah dia bisa merasakan kebahagian yang sebenarnya. Kebahagiannya muncul ketika dia ngobrol dan bercanda dengan sahabat-sahabatnya. Teman yang telah lama mengenal dia, teman  yang tak pernah mengucilkannya, teman yang tak pernah membencinya meskipun dia berbuat salah, teman yang selama ini telah memberi semangat kehidupan ,yang akhirnya menjadi Sahabat bagi Sarwana.

Setelah berjam-jam ngobrol dan bercanda, Sarwana dan sahabat-sahabatnya meninggalkan tempat tongkrongan tersebut. Saat diperjalanan pulang Sarwana merasakan sesuatu yang aneh, entah apa yang dia rasakan. Sesampainya di rumah Sarwana pun langsung menuju ke kamar tidurnya. Perasaan yang dia rasakan saat perjalanan belum juga menghilang, dan itupun membuat Sarwana susah untuk tidur. Dia mulai bertanya-tanya,
 “sebenarnya apa yang aku rasakan saat ini…?”, dia tak berfikir tentang apapun. Perlahan dia mulai bisa tidur.
Keesokan harinya Sarwana mendapatkan berita buruk tentang sahabat, ternyata salah satu sahabat yang kemarin diajaknya main mempunyai penyakit jantung dan sahabatnya tersebut meninggal dunia, karena merokok. Sontak Sarwana pun terkejut, padahal sahabatnya tersebut tak pernah cerita kalau punya penyakit jantung dan saat kemarin malam pun dia terlihat sehat. Setelah mendengar berita tersebut Sarwana mulai sadar, apa yang sebenarnya dia rasakan kemarin adalah salah satu pertanda kejadian ini. Mungkin, karena kedekatan Sarwana dengan sahabatnya itu ikatan batin mereka pun terjalin sangat kuat. 

Kini Sarwana sudah kehilangan satu sahabat, tetapi kehilangan itu tak membuatnya putus asa, Sarwana yakin ini semua sudah menjadi rencana Tuhan untuknya dan sahabatnya. Bukan rasa putus asa yang muncul, justru kehilangan itu membuat Sarwana lebih bersemangat dalam menjalani kehidupan, karena selama ini sahabatlah yang membuat dia tetap semangat dalam menjalani kehidupannya.

Singkat cerita, Sarwana berfikiran untuk mendaftarkan diri ke AKPOL, tetapi kedua orang tuanya tidak menyetujui apabila Sarwana daftar ke AKPOL, kedua orang tuanya menginginkan Sarwana melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi di Australia. 

“Apa yang kamu inginkan di AKPOL ?, menjadi Polisi ?, lihat apa yang terjadi pada polisi zaman sekarang mereka tidak dianggap, mereka dicela!!,” kata ayah Sarwana dengan raut wajah marah.
“Iya nak, lebih baik kamu kuliah di Australia, lihat saudara-saudara kita, mereka hidup mewah dan sukses,” tambah ibu Sarwana.
“Ahhhh…biarlah itu urusan mereka, semua tak masalah bagiku!!, aku gak butuh kemewahan,” kata Sarwana dengan lantang.
“Dasar anak keras kepala !, kami ingin kamu jadi orang sukses, kalau kamu tidak patuh dan menuruti kamu, siapa lagi yang kamu turuti san buat kamu sukses ?,” sahut ayah Sarwana.
“Maaf untuk saat ini aku enggak bisa nuruti kalian, meskipun kalian memaksa,” jawab sarwana.
“Omong kososng kamu harus tetap kuliah di Australia, minggu depan kamu harus segera berangkat!,” bentak ayah Sarwana.
“Terserah!!!,” jawab Sarwana sambil mninggalkan kedua orang tuanya.

Sarwana pergi, tetapi kedua orang tuanya tetap membicarakannya.
“Gimana ini yah ?,” tanya ibu Sarwana.
“Sudahlah biarkan saja anak itu, minggu depan dia harus tetap berangkat!!,” Jawab ayah Sarwana.
“Ya sudahlah,” jawab ibu Sarwana dengan pasrah.

Sementara itu, Sarwana yang meniggalkan kedua orang tuanya pergi ke salah satu rumah sahabatnya yaitu Beni.
                “Ben, bantu gue nyelesain masalah dong ,” pinta Sarwana.
                “Masalah apa, Sar ?,” tanya Beni.
                “Orang tua gue gak setuju, kalau gue masuk AKPOL…,tapi gue bersikeras buat masuk AKPOL,” jawab Sarwana.
“Kalau itu masalahnya !!,” kata Beni sambil menepuk pundak sahabtanya itu. “Lho harus ikuti apa kata hati lho,ingat lho itu cowok dan lho harus bisa nentuin jalan hidup lho sendiri…”
Sarwana menatap sahabatnya itu, “tapi..,minggu depan gue harus udah berangkat ke Australia ?”.
“Udah gak usah dipikirin, nginep aja di rumah gue, apapun yang lho butuhin gue bantu ..,” sahut Beni.
“Okelah kalau begitu!...tapi jangan bilang siapa-siapa kalau gue nginep di rumah lho, terutama keluarga gue,” pinta Sarwana.
“Oke!, gak usah khawatir kalau masalah itu…” kata Beni.
“Sekarang gue pulang dulu, gue kemasin dulu baju-baju yang ada di rumah,” kata Sarwana.

                Waktu di rumah Sarwana melihat kedua orang tuanya masih ngobrol, tapi Sarwana tidak mempedulikannya. Sarwana masuk kedalam kamar dan menguncinya, diam-diam Sarwana mengemasi pakainnya. Malam hari, setelah rumahnya terlihat sepi, dengan langkah perlahan Sarwana meniggalkan rumahnya.

                Keesokan harinya ayah dan ibu Sarwana kaget karena masih pagi Sarwana sudah tidak ada di rumah.

               Sementara itu, Sarwana mulai bingung dengan uang pendatarannya, Sarwana meminta Beni untuk mencarikannya pekerjaan.

                “Ben, bantu gue cari kerjaan, apa aja deh yang penting halal, buat biaya pendaftaran AKPOL,” pinta Sarwana.
                “Ada Sar, bayarannya gak begitu tinggi, jadi kuli panggul beras di pasar, gimana ?,” kata Beni.
    “Kuli panggul?, ahh gak masalah, Ben.’’ Jawab Sarwana.
    “Ok,” sahut Beni.

                Setelah beberapa minggu bekerja akhirnya Sarwana mendapat uang yang cukup untuk biaya pendaftaran ke AKPOL.

                Test demi test Sarwana lewati, tak banyak yang bisa dia lakukan, dia hanya bisa melakukan semaksimal mungkin. Kini dia pasrah.

             “Alhamdulillah, Ben.semua test udah gue jalani ,kini tinggal nunggu pengumuman, kira-kira seminggu lagi,” kata Sarwana.
             “Alhamdulillah, Sar. Sekarang lho berdoa aja semoga apa yang lho lakuin gak sia-sia!,” tambah Beni.
             “Iya, Ben. Amin,” imbuh Sarwana.
Setelah menunggu selama seminggu menunggu, kini saatnya hari pengumuman siapa saja yang di terima.
             “Ben, ayo ikut aku lihat pengumuman !,” ajak Sarwana.
             “Ok, Sar,” jawab Beni.

                Setelah sampai di tempat pengumuman, Sarwana dan Beni langsung mencari nama Sarwana. Akhirnya nama Sarwana ketemu dan di situ tertulis DITERIMA, sontak Sarwana langsung memeluk Beni. Dia berteriak kegirangan, dia bersyukur “Alhamdulillah, usahaku selama ini tidak sia-sia, Ben.” Kata Sarwana. “ini semua berkat lho juga Ben, terima kasih ya ?,” tambah Sarwana.

                “Iya Alhamdulillah, Sar. Semua juga karena ada kemauan dari lho sendiri yang kuat.’’ Kata Beni.
                 
Sarwana tidak langsung kebali ke rumah, dia akan kembali ke rumah jika dia sudah mendapatkan jabatan yang tinggi. 

                Setelah beberpa lama mendapatkan pendidikan di AKPOL. Sarwan mendapatkan jabatan yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya. Sarwana menjadi Kepala Polisi RI.
                
              Kini pendirian dari Sarwana tidak perlu diragukan lagi, keinginnan yang sangat kuat merubah segalanya orang tua yang dulunya tidak mendukungnya, kini mereka balik mendukung. Karena sejak di AKPOL Sarwana menjadi orang yang berwibawa dan sukses.

Perubahan berawal dari kemauan yang sangat kuat dari diri seseorang.
Kunci dari kehidupan adalah semangat yang tak mudah padam dan pendirian yang tak tergoyahkan oleh apapun

               

2 komentar:

ddhian_nicchan mengatakan...

Boleh juga cerita.ne...
like this...

Unknown mengatakan...

hehehe.sippp

Posting Komentar