SATU PENDIRIAN SATU SEMANGAT
By : Tantra Arsa Putra
Tak
banyak orang yg mengenalnya, seorang remaja yang pendiam lulusan SMA. Dia
bernama, Sarwana. Dia sangat tertutup, tak banyak juga yang tau bagaimana
kehidupannya yang sebenarnya. Semua orang berfikir bahwa dia tidak pernah ada
masalah, karena tiap hari dia terlihat bahagia dan tidak pernah memperlihatkan
raut wajah yang sedih maupun cemberut saat dia ngobrol dengan semua orang.
Padahal, hampir setiap hari dia dapat masalah tetapi dia tetap menghadapinya
dengan sabar dan tabah.
Keharmonisan
keluarganya
yang semakin lama semakin renggang membuat masalah Sarwana bertambah. Semua
kejadian itu terjadi karena Ayah Sarwana makin lama makin aneh, yang biasanya
pulang kerja lebih awal, kini malah pulang malam-malam. Dari perubahan itulah
Ibu Sarwana mulai curiga akan Ayahnya. Ibu Sarwana berfikiran bahwa suaminya
itu diam-diam selingkuh dengan orang lain. Padahal Sarwana sudah berkali-kali menyakinkan
ibunya. Dia berkata,
“Ayah
mungkin sekarang ini banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, jadi harus kerja
lembur…”. Tapi apa daya ibu Sarwana tetap tidak percaya.
Suatu
ketika dia duduk di teras rumahnya dan menikmati segelas teh hangat, sejenak
berfikir, dan dalam hati dia bertanya-tanya,
’’Apa
yang sebenarnya membuat hidupku penuh dengan masalah, tetapi aku tetap sabar
dan tabah dalam menjalani kehidupan ini…?’’,sambil tersenyum dan menggelengkan
kepalanya. Senyuman yang tak pernah hilang saat mengingat semua itu. Dalam hati
tidak ada keluhan sedikitpun, karena semua terasa ringan jika dihadapi dengan
senyuman.
Sudah
lama Sarwana tidak merasakan kebahagian. Sekalipun ada kebahagian di
sekitarnya, tetapi Sarwana tidak merasakan kebahagian tersebut, hingga dia
merasa sudah tidak bisa peka terhadap segala keadaan kecuali keadaan dirinya
sendiri.
Tetapi pada
suatu malam, Sarwana mengajak sahabat-sahabatnya untuk pergi main ke suatu
tempat tongkrongan, dia bermaksud untuk menenangkan hati dan pikirannya.
Masalah demi masalah mulai dia lupakan ketika di tempat tongkrongan itu, karena
baru di situlah dia bisa merasakan kebahagian yang sebenarnya. Kebahagiannya
muncul ketika dia ngobrol dan bercanda dengan sahabat-sahabatnya. Teman yang
telah lama mengenal dia, teman yang tak
pernah mengucilkannya, teman yang tak pernah membencinya meskipun dia berbuat
salah, teman yang selama ini telah memberi semangat kehidupan ,yang akhirnya
menjadi Sahabat bagi Sarwana.
Setelah
berjam-jam ngobrol dan bercanda, Sarwana dan sahabat-sahabatnya meninggalkan
tempat tongkrongan tersebut. Saat diperjalanan pulang Sarwana merasakan sesuatu
yang aneh, entah apa yang dia rasakan. Sesampainya di rumah Sarwana pun
langsung menuju ke kamar tidurnya. Perasaan yang dia rasakan saat perjalanan
belum juga menghilang, dan itupun membuat Sarwana susah untuk tidur. Dia mulai
bertanya-tanya,
“sebenarnya apa yang aku rasakan saat ini…?”,
dia tak berfikir tentang apapun. Perlahan dia mulai bisa tidur.
Keesokan
harinya Sarwana mendapatkan berita buruk tentang sahabat, ternyata salah satu sahabat
yang kemarin diajaknya main mempunyai penyakit jantung dan sahabatnya tersebut
meninggal dunia, karena merokok. Sontak Sarwana pun terkejut, padahal sahabatnya
tersebut tak pernah cerita kalau punya penyakit jantung dan saat kemarin malam
pun dia terlihat sehat. Setelah mendengar berita tersebut Sarwana mulai sadar,
apa yang sebenarnya dia rasakan kemarin adalah salah satu pertanda kejadian
ini. Mungkin, karena kedekatan Sarwana dengan sahabatnya itu ikatan batin
mereka pun terjalin sangat kuat.
Kini
Sarwana sudah kehilangan satu sahabat, tetapi kehilangan itu tak membuatnya
putus asa, Sarwana yakin ini semua sudah menjadi rencana Tuhan untuknya dan
sahabatnya. Bukan rasa putus asa yang muncul, justru kehilangan itu membuat
Sarwana lebih bersemangat dalam menjalani kehidupan, karena selama ini
sahabatlah yang membuat dia tetap semangat dalam menjalani kehidupannya.
Singkat cerita,
Sarwana
berfikiran untuk mendaftarkan diri ke AKPOL, tetapi kedua orang tuanya
tidak menyetujui apabila Sarwana daftar ke AKPOL, kedua orang tuanya
menginginkan Sarwana melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi di Australia.
“Apa yang kamu inginkan di AKPOL ?, menjadi Polisi ?, lihat apa yang
terjadi pada polisi zaman sekarang mereka tidak dianggap, mereka dicela!!,”
kata ayah Sarwana dengan raut wajah marah.
“Iya
nak, lebih baik kamu kuliah di Australia, lihat saudara-saudara kita, mereka
hidup mewah dan sukses,” tambah ibu Sarwana.
“Ahhhh…biarlah
itu urusan mereka, semua tak masalah bagiku!!, aku gak butuh kemewahan,” kata
Sarwana dengan lantang.
“Dasar
anak keras kepala !, kami ingin kamu jadi orang sukses, kalau kamu tidak patuh
dan menuruti kamu, siapa lagi yang kamu turuti san buat kamu sukses ?,” sahut
ayah Sarwana.
“Maaf
untuk saat ini aku enggak bisa nuruti kalian, meskipun kalian memaksa,” jawab
sarwana.
“Omong
kososng kamu harus tetap kuliah di Australia, minggu depan kamu harus segera
berangkat!,” bentak ayah Sarwana.
“Terserah!!!,”
jawab Sarwana sambil mninggalkan kedua orang tuanya.
Sarwana pergi,
tetapi kedua orang tuanya tetap membicarakannya.
“Gimana
ini yah ?,” tanya ibu Sarwana.
“Sudahlah
biarkan saja anak itu, minggu depan dia harus tetap berangkat!!,” Jawab ayah
Sarwana.
“Ya
sudahlah,” jawab ibu Sarwana dengan pasrah.
Sementara itu,
Sarwana yang meniggalkan kedua orang tuanya pergi ke salah satu rumah
sahabatnya yaitu Beni.
“Ben, bantu gue nyelesain
masalah dong ,” pinta Sarwana.
“Masalah apa, Sar ?,” tanya
Beni.
“Orang tua gue gak setuju, kalau
gue masuk AKPOL…,tapi gue bersikeras buat masuk AKPOL,” jawab Sarwana.
“Kalau
itu masalahnya !!,” kata Beni sambil menepuk pundak sahabtanya itu. “Lho harus
ikuti apa kata hati lho,ingat lho itu cowok dan lho harus bisa nentuin jalan
hidup lho sendiri…”
Sarwana
menatap sahabatnya itu, “tapi..,minggu depan gue harus udah berangkat ke
Australia ?”.
“Udah
gak usah dipikirin, nginep aja di rumah gue, apapun yang lho butuhin gue bantu
..,” sahut Beni.
“Okelah
kalau begitu!...tapi jangan bilang siapa-siapa kalau gue nginep di rumah lho,
terutama keluarga gue,” pinta Sarwana.
“Oke!,
gak usah khawatir kalau masalah itu…” kata Beni.
“Sekarang
gue pulang dulu, gue kemasin dulu baju-baju yang ada di rumah,” kata Sarwana.
Waktu di rumah Sarwana melihat
kedua orang tuanya masih ngobrol, tapi Sarwana tidak mempedulikannya. Sarwana
masuk kedalam kamar dan menguncinya, diam-diam Sarwana mengemasi pakainnya. Malam
hari, setelah
rumahnya terlihat sepi, dengan langkah perlahan Sarwana meniggalkan rumahnya.
Keesokan harinya ayah dan ibu
Sarwana kaget karena masih pagi Sarwana sudah tidak ada di rumah.
Sementara
itu, Sarwana mulai bingung dengan uang pendatarannya, Sarwana meminta Beni
untuk mencarikannya pekerjaan.
“Ben, bantu gue cari kerjaan,
apa aja deh yang penting halal, buat biaya pendaftaran AKPOL,” pinta Sarwana.
“Ada Sar, bayarannya gak begitu
tinggi, jadi kuli panggul beras di pasar, gimana ?,” kata Beni.
“Kuli
panggul?, ahh gak masalah, Ben.’’ Jawab Sarwana.
“Ok,” sahut Beni.
Setelah beberapa minggu bekerja
akhirnya Sarwana mendapat uang yang cukup untuk biaya pendaftaran ke AKPOL.
Test demi test Sarwana lewati,
tak banyak yang bisa dia lakukan, dia hanya bisa melakukan semaksimal mungkin.
Kini dia pasrah.
“Alhamdulillah, Ben.semua test
udah gue jalani ,kini tinggal nunggu pengumuman, kira-kira seminggu lagi,” kata
Sarwana.
“Alhamdulillah, Sar. Sekarang
lho berdoa aja semoga apa yang lho lakuin gak sia-sia!,” tambah Beni.
“Iya, Ben. Amin,” imbuh Sarwana.
Setelah
menunggu selama seminggu menunggu, kini saatnya hari pengumuman siapa saja yang
di terima.
“Ben, ayo ikut aku lihat
pengumuman !,” ajak Sarwana.
“Ok, Sar,” jawab Beni.
Setelah sampai di tempat
pengumuman, Sarwana dan Beni langsung mencari nama Sarwana. Akhirnya nama
Sarwana ketemu dan di situ tertulis DITERIMA, sontak Sarwana langsung memeluk
Beni. Dia berteriak kegirangan, dia bersyukur “Alhamdulillah, usahaku selama
ini tidak sia-sia, Ben.” Kata Sarwana. “ini semua berkat lho juga Ben, terima kasih
ya ?,” tambah Sarwana.
“Iya Alhamdulillah, Sar. Semua
juga karena ada kemauan dari lho sendiri yang kuat.’’ Kata Beni.
Sarwana tidak langsung kebali ke
rumah, dia akan kembali ke rumah jika dia sudah mendapatkan jabatan yang
tinggi.
Setelah beberpa lama mendapatkan
pendidikan di AKPOL. Sarwan mendapatkan jabatan yang tidak pernah dia bayangkan
sebelumnya. Sarwana menjadi Kepala Polisi RI.
Kini pendirian dari Sarwana
tidak perlu diragukan lagi, keinginnan yang sangat kuat merubah segalanya orang
tua yang dulunya tidak mendukungnya, kini mereka balik mendukung. Karena sejak
di AKPOL Sarwana menjadi orang yang berwibawa dan sukses.
Perubahan berawal dari kemauan yang sangat kuat dari diri
seseorang.
Kunci dari kehidupan adalah semangat yang tak mudah padam
dan pendirian yang tak tergoyahkan oleh apapun